Jumat, 19 Maret 2010

~tawuran yang tak pernah kenal lelah~

Tawuran dan Perkelahian Masal Antar Kelompok akibat Etika dan Etiket Moral yang Semakin Pudar

Tawuran atau perkelahian fisik antar kelompok di dalam masyarakat semakin sering terjadi. Pelakunya bukan

hanya pelaj

ar atau mahasis

wa tetapi kelompok mayarakat tertentu di wilayahnya juga semakin

sering. Mengapa justru terjadi pada kelompok intelektual ? Mengapa sering terjadi di kota Besar dan mengapa di desa dan kota kecil jarang terjadi ? Apakah hal ini disebabkan karena moral etika dan etiket manusia kota semakin pudar ?

Permasalahan ini bukanlah fenomena baru di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta. Cukup lama dan secara sporadis

terjadi di beberapa wilayah seolah tiada hentinya.

Kenakalan remaja, mahasiswa dan sebagian masyarakat yang termanifestasikan dalam tindakan tawuran dari waktu ke waktu makin besa

r jangkauannya. Awalnya hanya sekedar perkelahian antar sekolah tetapi terus berkembang menjadi pemerasan , bahkan mereka sudah berani melakukan pembajakan angkutan umum dan penodongan terhadap masyarakat.

Apabila dilihat dari tindakan yang dilakukan tersebut dapat digolongkan bahwa perbuatan itu telah mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat yang dalam teori sosiologis oleh Durkheim dianggap sebagai penyimpangan atau deviance. Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.Dampak terlanggarnya keamanan dan kenyamanan masyarakat dapat dilihat dalam contoh yang ada dalam masyarakat.

Sebuah contoh nyata adanya seorang anggota masyarakat lain yan sedang lewat di jalan terkena lemparan batu pada saat terjadi tawuran. Akibat kejadian ini mata kanan bapak dua anak ini mengalami cacat dan tidak bisa sembuh sedia kala. Contoh lain seseorang tangan kanannya terluka oleh senjata tajam akibat melerai tawuran di suatu tempat. Bukan hanya itu tawuran akan selalu mengancam atau melanggar hak, kenyamanan dan keamanan orang lain seperti rusaknya fasilitas umum seperti sekolah, kampus, rambu lalu lintas, pos busway atau pos jalan tol. Berbagai contoh ini sudah cukup membuktikan bahwa tawuran tersebut harus segera diatasi dan dicari solusinya secepat mungkinuntuk menghindari adanya korban yang lebih besar lagi.

Kejahatan adalah gejala sosiologis yang harus dihadapi masyarakat modern yang semakin kompleks. Sehingga, upaya manusia untuk menghapuskan kejahatan adalah tidak mungkin, karena kejahatan
hanya dapat dikurangi intensitas dan kualitasnya. Pendekatan yang paling tepat adalah melalui intervensi masalah sosial memperbaiki etika, etiket dan moral pelajar atau mahasiswa yang semakin pudar . Kondisi ini dapat merupakan pemicu bagi seseorang atau
kelompok orang yang melakukan tindakan buruk bahkan kriminal seperti perkelahian, tawuran, perampokan,
penodongan, penculikan, penipuan, dan lain-lain.


Faktor Penyebab
Banyak faktor yang berpengaruh dalam penyakit sosial dan masyarakat tersebut.
Tingkat pendidikan dan intelektual masyarakat bukan jaminan terhindar masalah tawuran dan perkelahian kelompok. Faktanya pelaku tawuran akhir-akhir ini justru di dominasi mahasiswa.
Perubahan dinamika dan berbagai gejala yang ada dalam masyarakat dapat dianalisa sebagai faktor penyebab. Tindakan perkelahian pelajar atau mahasiswa tampak semakin meningkat menjadi tindakan kriminal adalah sebuah penyakit sosial masyarakat yang harus segera ditelusuri sebabnya.

Buruknya etika dan etiket pelajar dan mahasiswa mungkin dapat dijadikan faktor utama terjadinya peningkatan masalah sosial khususnya perkelahian dan tawuran yang ada selama ini. Tampaknya etika dan etiket masyarakat semakin pudar seiring dengan perkembangan jaman. Buruknya etika dan etiket dalam masyarakat itu juga merambah pada mahasiswa dan pelajar yang notabene kelompok masyarakat intelektual. Buruknya etika dan etiket tersebut mengakibatkan sopan santun, saling menghargai atau kepedulian terhadap sesama semakin memudar, eksklusivisme kelompok kecil semakin kuat, agresivitas dan sifat melukai atau merusak fisik dan milik orang lain semakin tidak terkendali. Etika dan etiket yang buruk akan membuat ketaatan terhadap adat, budaya dan aturan hukum semakin memudar.

Pergaulan masyarakat modern di perkotaan mengakibatkan etika dan etiket tidak dijunjung tinggi sehingga mengakibatkan eksklusivisme kelompok kecil semakin kuat yang akan meningkatkan rasa paranoid dan kecurigaan terhadap kelompok lain semakin tinggi. Hipotesa ini patut dicurigai karena masalah tawuran dan perkelahian didominasi oleh masyarakat kota. Hal ini juga mengakibatkan rasa individualisme dan sifat egoistik semakin dominan yang dapat menghancurkan rasa persaudaraan komunitas yang luas. Rasa egoistis kelompok yang tinggi ini mudah saling menghujat dan memperolok kelompok lain.

Semua perilaku sosial yang menyimpang tersebut adalah bibit utama terjadinya perkelahian remaja dan mahasiswa. Begitu terdapat seseorang dalam kelompoknya mempunyai masalah kecil dengan kelompok lain maka semangat ekslusifisme kelompok semakin tinggi. Dengan membabi buta dan paranoid yang tinggi komunitas dalam kelompok ini akan memusuhi secara emosi psikis dan fisik terhadap kelompok lain. Parahnya emosi psikis kelompok ini akan sulit hilang dan dapat terpendam dalam jangka waktu yang sangat lama. Di masa depan begitu anggota dalam komunitasnya punya masalah seringan apapun dengan kelompok lain akan menyulut egoisitas kelompok untuk segera bertempur melawan kelompok lain tersebut.

Bila itu sudah terjadi masyarakat modern yang miskin etika dan etiket ini tanpa akal sehat dengan tidak memperdulikan aturan sopan santun adat dan budaya, mengabaikan sikap menghargai kelompok lain, bahkan aturan hukumpun dilanggar adalah hal yang semakin biasa.,
Bila sopan santun budaya dan aturan hukum dilanggar, maka hak dan kenyamanan orang lainpun pasti dilanggar. Dengan sikap egois kelompok yang tinggi tersebut merasa bahwa di wilayahnya tersebut mereka adalah raja dan semua adalah milik sendiri. Maka perilaku menutup jalan dengan ban bekas, merusak merusak fasilitas umum, dan melukai orang lain di wilayahnya adalah hal yang biasa. Hal ini tergambar bila sekelompok masyarakat misalnya berujar dengan nada ancaman, Tanah Abang daerahku, jangan macam macam bila ada di daerahku bung. Contoh lain tawuran mahasiswa terjadi hanya gara gara mahasiswa fakultas lain memasang spanduk di wilayahnya tanpa ijin.

Etiket dan Etika

Perbedaan antara etika dan etiket. Etika merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, perilaku mana yang baik dan buruk. Etiket itu penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. “Etiket bisa disebut sebagai golden rules yang menyatakan perlakukan orang lain sebagaimana kamu yang ingin diperlakukan. Karena itu, orang yang memahami etiket memperlakukan orang lain dengan baik dan respek, sehingga akan lebih diterima dalam pergaulan. Sebagai manusia, pasti ingin disukai banyak orang dan berhasil dalam pergaulan.

Etiket bisa diartikan sebagai rambu-rambu yang membantu mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu. Hal utama yang juga menjadi dasar dari etiket adalah adat-istiadat atau tradisi dari daerah dan negara tertentu. Cara menunjukkan arah, mengedipkan mata, atau menggeleng di setiap daerah mungkin akan berbeda-beda dan memiliki makna yang tidak sama.

Prinsip-prinsip dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran. Respek berarti menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami orang lain apa adanya. Tak peduli mereka berbeda, berasal dari kultur berbeda, atau keyakinan berbeda.

Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang ada. Dengan bersikap respek, kamu berharap, orang lain juga akan respek padamu. Empati berarti meletakkan dirimu di pihak orang lain. Sebelum bertindak atau berucap, kamu harus berpikir dulu, apa pengaruhnya bagi orang lain. Bagaimana bila hal itu diucapkan atau dilakukan orang lain kepadamu. Apakah akan membuatmu senang atau berang. Pikirkan dulu, jangan sampai tindakan atau ucapanmu menyinggung dan menyakiti orang-orang di sekitarmu, atau membuat dirimu terlihat buruk di mata orang lain. Kata-kata dan sikap yang penuh pertimbangan dan empati, akan membuatmu terlihat bijaksana, dewasa dan manusiawi

Etiket tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar, tetapi juga menyangkut tentang tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia, alam dan segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan sesama manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika.

Etika tersebut bisa saja mengenai aturan sopan santun yang umum, sampai cara ber-gaul yang baik dalam situasi yang spesifik. Etika juga meliputi komunikasi dengan orang lain, cara bersikap di depan umum, cara berbusana yang pantas untuk setiap kesempatan. Etiket juga berkaitan dengan berbagai tata krama dari mulai tata krama menghadiri pesta, bersilaturahmi, bepergian, mengemudi di jalan raya, sampai tata krama bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Semua itu sangat berguna untuk kehidupan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang

Manusia yang memahami etiket akan lebih berhasil dalam pergaulan. Berinteraksi dengan orang-orang tidak membuatnya sengsara, malah membuat suasana hati ceria dan akan disenangi semua kalangan. Karena tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan, tahu apa yang diharapkan dan tidak diharapkan dari dan oleh orang lain. Dengan bekal etiket yang baik akan mudah menyesuaikan diri dan diterima oleh siapa pun dan dalam situasi apa pun.


Antisipasinya
Masalah moral dan etika yang luntur akibat modernisasi ini harus segera diantisipasi oleh semua pihak. Semua kelompok masyarakat harus terlibat di dalamnya termasuk peran orangtua, guru, dosen dan tokoh agama, tokoh masyarakat dan institusi pemerintah.

Pendidikan agama yang baik dan benar memang merupakan alternatif utama dalam perbaikkan penyakit masyarakat ini. Namun pendidikan agama yang menekankan etika dan etiket dalam bermasyarakat tampaknya harus menjadi prioritas. Pendidikan agama yang kuat dengan mengabaikan etika dan etiket kehidupan bermasyarakat akan sia-sia. Hal ini tampak bahwa pelaku perkelahian kelompok dan perusakan fasilitas umum dapat terjadi pada komunitas agama tertentu yang nota bene mempunyai modal ajaran agama yang kuat tetapi sikap dekstrutifnya tinggi. Bukan berarti agama yang salah atau kelompoknya yang tidak benar, tetapi bila etika dan etiket dikesampingkan maka perilaku negatif akan muncul dengan mengabaikan sopan santun, tata krama adat dan budaya bahkan aturan hukum.

Tampaknya pelajaran etiket dan etika harus menjadi prioritas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan dalam masyarakat. Pembelajaran etika dan etiket mungkin harus dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Bila hal ini tidak dimungkin maka topik etika dan etiket ini dapat dilampirkan dalam pelajaran agama. Karena, masalah etika dan etiket ini adalah nilai moral universal yang di anut oleh agama apapun di muka bumi ini.
Di sisi lain pembelajaran etiaka dan etket yang baik bukan sekedar perkataan. Pengajaran terbaik lainnya adalah pemberian teladan dan contoh kehidupan sehari-hari orangtua, guru, dosen dan pemimpin di negeri ini. Bila orangtua, guru, politikus atau pejabat pemerintah bertengkar dan berbeda pendapat tidak beretika di depan anak, siswa dan masyarkatnya maka akan ditiru. Bila orangtua, guru dan pemimpin negeri ini tidak beretika dan beretiket jangan salahkan para pemudanya juga sama. Jadi gambaran buruk perilaku anak muda adalah cerminan perilaku dan pengajaran buruk tentang etika dan etiket orangtua, guru dan para pemimpinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar